Baginda Rasulullah
s.a.w. menyerukan supaya kita sebagai umat beliau untuk berdagang. Anjuran ini garis-garis ketentuannya
diperkuat dengan sabda dan perbuatan
beliau.
Dalam beberapa perkataannya yang sangat bijaksana itu kita dapat mendengarkan sebagai berikut :
"Pedagang yang beramanat dan dapat dipercaya, akan bersama orang-orang yang mati syahid nanti di hari kiamat." (Riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim)
"Pedagang yang dapat dipercaya dan beramanat, akan bersama para Nabi, orang-orang yang dapat dipercaya dan orang-orang yang mati syahid." (Riwayat al-Hakim dan Tarmizi dengan sanad hasan)
Kita tidak heran kalau Rasulullah menyejajarkan kedudukan pedagang yang dapat dipercaya dengan kedudukan seorang mujahid dan orang-orang yang mati syahid di jalan Allah, sebab sebagaimana kita ketahui dalam percaturan hidup, bahwa apa yang disebut jihad bukan hanya terbatas dalam medan perang semata-mata tetapi meliputi segala bidang, termasuk dalam bidang ekonomi juga.
Umat Islam ini kekuatannya adalah berusaha, tanpa usahawan-usahawan yang baik, siapa yang akan membayar zakat, infak dan sedekah, untuk membiayai dakwah ini. Kalau yang berusaha lebih banyak nonmuslim, tentu mereka tidak akan keluarkan zakat. Jadi perlu ditumbuhkan banyak pembayar zakat. Itu juga bagian dari dakwah. Sejarah Rasulullah dimulai dari seorang pengusaha, Siti Khadijah juga pengusaha, dan pada dasarnya Islam datang dari Arab itu bukan dibawa oleh ulama. Islam dibawa oleh para pedagang. Bukan pula para dai yang membawa ajaran Islam ke Indonesia tetapi para pedagang, saudagar.
Dalam beberapa perkataannya yang sangat bijaksana itu kita dapat mendengarkan sebagai berikut :
"Pedagang yang beramanat dan dapat dipercaya, akan bersama orang-orang yang mati syahid nanti di hari kiamat." (Riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim)
"Pedagang yang dapat dipercaya dan beramanat, akan bersama para Nabi, orang-orang yang dapat dipercaya dan orang-orang yang mati syahid." (Riwayat al-Hakim dan Tarmizi dengan sanad hasan)
Kita tidak heran kalau Rasulullah menyejajarkan kedudukan pedagang yang dapat dipercaya dengan kedudukan seorang mujahid dan orang-orang yang mati syahid di jalan Allah, sebab sebagaimana kita ketahui dalam percaturan hidup, bahwa apa yang disebut jihad bukan hanya terbatas dalam medan perang semata-mata tetapi meliputi segala bidang, termasuk dalam bidang ekonomi juga.
Umat Islam ini kekuatannya adalah berusaha, tanpa usahawan-usahawan yang baik, siapa yang akan membayar zakat, infak dan sedekah, untuk membiayai dakwah ini. Kalau yang berusaha lebih banyak nonmuslim, tentu mereka tidak akan keluarkan zakat. Jadi perlu ditumbuhkan banyak pembayar zakat. Itu juga bagian dari dakwah. Sejarah Rasulullah dimulai dari seorang pengusaha, Siti Khadijah juga pengusaha, dan pada dasarnya Islam datang dari Arab itu bukan dibawa oleh ulama. Islam dibawa oleh para pedagang. Bukan pula para dai yang membawa ajaran Islam ke Indonesia tetapi para pedagang, saudagar.
Kita semua menyadari bahwa tanpa peningkatan pendidikan, umat Islam akan selalu ketinggalan. Pemerintah tentu selalu berusaha meningkatkan pendidikan untuk seluruh bangsa. Apabila kita berbicara seluruh bangsa itu berarti 85% umat Islam yang akan ditingkatkan pendidikannya. Akan tetapi itu belum cukup tanpa partisipasi kita semua khususnya umat Islam. Apalagi upaya-upaya yang lainnya seperti dakwah. Dakwah adalah upaya meningkatkan keimanan, pengetahuan, dan kecintaan kita terhadap Allah SWT.
Bekerjalah untuk duniamu seakan kamu akan hidup abadi; Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan kami akan mati besok. Begitu untaian bijak yang disinyalir diungkap Sayyidina Ali ibn Abu Thalib RA beberapa abad lalu. Intinya: perimbangan mencari urusan dunia (kerja, usaha, bisnis) dan akhirat (kebaikan, pahala).
Abdurrahman ibn ‘Auf adalah seorang Sahabat Rasulullah SAW yang sangat piawai berdagang. Setiap kali pulang berdagang, pasti membawa keuntungan berlimpah. Masyarakat Madinah menyambut sukacita kedatangan tokoh Sahabat itu.
Suatu ketika, Abdurrahman membawa pulang 700 ekor unta penuh muatan hasil keuntungan berdagang. Tapi Ummul Mukminin Aisyah RA malah terlihat murung seraya menggeleng-gelengkan kepala. Ia berkata mendengar Rasulullah pernah bermimpi melihat Abdurrahman masuk surga dengan cara merangkak.
Mendengar peringatan itu, sontak Abdurrahman segara membagi-bagikan seluruh muatan 700 unta yang dibawanya kepada masyarakat Madinah. Khususnya kalangan yang membutuhkan dan fakir miskin. Pernah pula ia menyerahkan 500 ekor kuda untuk digunakan pasukan kaum muslimin berperang. Di lain waktu ia hibahkan 1500 ekor unta.
Sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq, pernah memberikan seluruh kekayaan miliknya hasil berdagang untuk kepentingan perjuangan Islam. Begitupula Umar ibn Khattab, Utsman ibn Affan dan lainnya. Benarlah sabda Rasulullah, “Sungguh beruntung harta dan jabatan yang berada di tangan orang-orang shalih.”
Bagi sebagian kalangan yang berangapan bahwa dakwah dan dagang itu terpisah, artinya kurang paham, kita bisa mengkaji sunnah Rosulullah dimana berdagang itu untuk menopang dakwah, apalagi soal keilmuan dan sumber daya, gak mungkin kita ini hanya ngandelin donasi sedekah jamaah terus, atau minta minta dipinggir jalan dsb kalau semuanya memiliki kesadaran akan hal ini, banyak diantara rekan yg salah menyikapi soal pondok jualan susu, padahal dananya akan dialokasikan untuk operasional pesantren, penghafal Qur'an, larinya juga ke ustadz-ustadz yg begitu banyak, prasarana dst. Malahan kalo diantara jamaah yg ikutan promoin produk pesantren yg sudah ketara jelas, ke rekanan lain, Insya Allah ada pahalanya ayo ikutan majuin dakwah, ikutan andil dalam pergerakan majunya sumber daya Islam di lingkungan kita. mari kita terapkan GESIT (gerakan silaturahmi produktif) dan gerakan PCA (Pakai Cerita Ajak). jadi kita pakai produk halal HPAI kemudian kita ceritakan kepada temen dan saudara kita terus kita ajak mereka untuk berpindah menggunakan produk tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar